Oleh dr Muljana Hasan SpOT Spesialis Orthopedi di RS Meilia Cibubur
Pada setiap kegiatan kita, termasuk diantaranya adalah aktifitas fisik yang memerlukan mobilisasi organ kaki, maka perlu diperhatikan kondisi pergelangan kaki, hal ini disebabkan karena terdapat kemungkinan konsekuensi cidera yang terjadi pada ankle kaki tersebut.
Secara umum
disebutkan keseleo, terkilir hingga pada kondisi yang berat terjadi
patah tulang pada pergelangan kaki. Nah dalam hal ini, maka perlu
terlebih dahulu dipahami gambaran mengenai kondisi ankle kaki
tersebut.
Ankle merupakan
salah satu sendi di tubuh yang berada pas diatas kaki, yang berfungsi
menumpu berat badan, tapi juga mempunyai gerakan harmonis tertentu
waktu berdiri dan berjalan atau bahkan untuk berlari.
Kalau dilihat pada
Foto X-Ray, ankle terdiri dari susunan tiga tulang, yaitu tulang
kering, tulang betis dan tulang talus: atap ankle merupakan ujung
bawah tulang kering yang datar melintang dengan bentuk tertentu,
berpasangan dengan dasar ankle merupakan permukaan atas tulang talus,
disisi dalam dikuatkan oleh mata kaki dalam yang merupakan tojolan
kebawah dari tulang kering; disisi luar dikuatkan oleh mata kaki luar
yang merupakan ujung bawah tulang betis.
Kesetabilan sendi
tidak cukup dengan susunan tulang yang harmonis tersebut, tapi ada
penguat lain, berupa jaringan “non tulang” yang meliputi: tulang
rawan yang menjadi permukaan sendi yang licin, capsul sendi, urat
sendi (ligament) dan urat otot (tendon) dari otot yang kekuatannya
normal.
Bentuk Cedera
Pergelangan Kaki
Pada cedera ankle
yang berat sering menyebabkan patah tulang mata kaki sisi dalam, atau
patah tulang mata kaki sisi luar atau kedua-duanya, hal ini
menyebabkan juga sendi ankle bergeser (subluksasi) atau bahkan lepas
(luksasi).
Suatu keadaan patah
tulang, maka penatalaksanaan jelas: sejak diagnosa, pengobatan
(operasi) dan hasil operasi, dimana dapat dinilai secara terukur,
karena ketiga tahapan tersebut dapat dilihat melalui Foto X-Ray.
Sebaliknya suatu
cedera ankle yang tidak menyebabkan patah tulang, maka yang jadi
“korban” adalah jaringan non tulang, terutama urat sendi
(ligament) dan atau disertai capsul sendinya, atau bisa juga cedera
tulang rawan yang tidak kelihatan pada Foyo X-Ray biasa.
Tergantung beratnya
cedera, bisa hanya berupa regangan, atau robekan halus, bahkan bisa
berupa robekan parah. Robekan-robekan jaringan non tulang bisa juga
dinilai memakai Foto MRI, tapi hasilnya belum maksimum. Memang untuk
kerusakan tulang rawan sendi dan memar tulang dibawah tulang rawan
sendi sangat terbantu diagnosanya oleh periksaan MRI.
Pemeriksaan lebih
canggih lagi untuk kerusakan dalam sendi adalah dengan cara
arthroscopy (peneropongan), yang dilakukan di kamar operasi. Tentunya
sebelum dilakukan pemeriksaan dengan alat bantu tersebut (Foto X-Ray
dsb), terlebih dahulu harus dilakukan wawancara yang teliti mengenai
keluhan dan mekanisme cederanya, disusul dengan pemeriksaan fisik
seksama khusus ankle tersebut.
Pemulihan
Cidera
Selanjutnya
robekan-robekan jaringan tersebut meskipun tidak dijahit (karena
tidak dibuka), akan mencapai penyembuhan (penyambungan) kembali
secara alamiah dalam periode waktu tertentu, asal diberi kesempatan
istirahat fungsi. Waktu yang diperlukan untuk peroses penyembuhaan
sekitar 3 sampai dengan 6 minggu, tergantung beratnya kerusakan.
Proses alamiah ini
bisa tercapai, bila diistirahatkan dari fungsi sendi ankle yang
berupa mengistirahatkan gerakan sendi dan tidak menumpu berat badan,
serta ditinggikan untuk mengurangi atau menghilangkan bengkak. Pada
fase akut sampai hari kelima: diistiratkan; ditinggikan; didinginkan,
contoh : pakai es dibungkus kering (bukan dipanaskan!).
Mengistirahatkan
gerakan sendi yang paling sederhana adalah dengan cara : waktu
berjalan “seperti robot” (= ankle dikakukan secara aktif oleh
dirinya sendiri) ; menghindarkan dari posisi yang tidak menguntungkan
ankle (nyeri); meminimalkan aktifitas berjalan dan tidak naik tangga.
Cara
mengistirahatkan ankle yang lebih kuat: bisa dengan cara memakai
plester melalui teknik tertentu; memakai elastic verban; memakai
“ankle decker” atau memakai “ankle splint”. Yang paling
maksimum mengistirahatkan fungsi ankle adalah dengan cara dipasang
gips dan otomatis harus memakai tongkat.
Tatalaksana
Lanjutan
Proses penyembuhan
robekan urat sendi (ligament) dan atau capsul sendi tidak bisa
dipercepat. Kalaupun diberikan obat, ini sifatnya hanya membantu.
Justru memperlambat proses penyembuhan lebih mudah, misalnya: dengan
cara tidak mengistiratkan fungsi sendi seperti tersebut diatas; atau
bahkan diurut, jadi kalau cedera sekali dan diurut dua kali, sama
saja dengan cedera tiga kali.
Dengan cara-cara
pasien menangani sendiri atau tidak mengikuti program pengobatan yang
betul, maka akan terjadi penyembuhan yang terlambat, atau bahkan
menjadi nyeri kronis atau bahkan sama sekali tidak sembuh. Penanganan
segera sangatlah diperlukan dalam hal ini.
Untuk
penatalaksanaan, terlebih dahulu harus dievaluasi ulang kelainan yang
ada sekarang (wawancara, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan-pemeriksaan penunjang). Dilanjutkan dengan program
penatalaksanaan secara khusus. Program ini pun tidak selalalu
memberikan penyembuhan yang maksimum. Hal ini harus dilakukan segera
agar tidak menjadi akut dan kronis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar